09 December 2007

Duh, Malaysia

Sampai usia 15, aku tinggal di Bintan, di daerah pertambangan yang panas di Indonesia sebelah tepi. Karena lebih dekat ke Singapura dan Malaysia daripada Jakarta, kami dibesarkan oleh tayangan-tayangan chanel 5 Singapura dan RTM malaysia. Itupun sesudah memasang antene menjulang belasan meter. Kadang-kadang tertangkap siaran TVRI stasiun Palembang, dan bagi kami itu sebuah selingan yang ajaib.
Boleh jadi karena itu, aku merasa karib dengan singapura dan malaysia. Ditambah lagi kepada kami sering dikisahkan tentang pahlawan yang sama : Hang Tuah, Hang Kesturi, Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Lekiu. Juga tentang kontroversi kisah mereka.
Sejak SMP, kalau tak salah ingat, aku mulai mendengar cerita tentang anak-anak sebaya dan yang lebih tua berangkat ke malaysia melalui jalur tidak sah. Beberapa tertangkap dan dipulangkan. Sebagian besar tak tahu rimbanya. Beberapa ada yang pulang beberapa waktu kemudian, membawa ringgit. Beberapa sepupuku juga mengadu nasib di sana. Malaysia, memberi warna pada lanskap masa kecilku.

Tapi klaim yang mereka lakukan akhir-akhir ini, meski dibantah keras oleh Dubes mereka untuk Indonesia, membuatku gundah, sekaligus terbakar. Lanskapku sudah tergaruk-garuk di sana sini.

Kupikir, aku tak akan turun ke jalan untuk mendemo mereka, menggedor-gedor pagar dan gerbang kedutaan, atau (mungkin) membakar bendera mereka, atau membuat blog yang mencaci maki mereka. Aku akan tetap di ruang kerjaku (yang sebetulnya bukan ruangan khusus), terus mencoba menghasilkan karya-karya terbaikku. Aku akan tetap mengunjungi kelas-kelas sainsku, berbagi semangat dan inspirasi dengan anak-anak untuk menjadi Indonesia yang lebih kuat, bermartabat, kreatif, mulia tanpa perlu merendahkan siapapun. Aku akan terus bertemu dengan anak-anak muda, berbagi semangat yang sama.

Kreativitas tak bisa dicuri. Ketika ia dicuri atau disontek habis, ia berpindah ke aras yang lebih tinggi.

2 comments:

Anonymous said...

pak muzi...
memang indah seandainya tidak ada pertentangan antara indonesia dan malaysia. apalagi kita tahu malaysia dan indonesia sama2 mayoritas muslim.
seharusnya sesama muslim bersaudara, ya kan?tapi rasa nasionalisme bangsa itu membuat kita lupa. semua saling membanggakan negara masing2.
saya lebih merindukan negara islam yang memayungi seluruh dunia ini dari pada rasa nasionalisme bangsa indonesia.jadi kedamaian yang kita rasakan lebih hakiki.
itu tidak mustahil pak karena fakta sejarahnya ada. negara islam berdiri 13 abad lamanya(sebelum akhirnya runtuh th 1948).dg wilayah mulai dari timirtengah, eropa hingga wilayah paling barat dr indonesia(aceh)jd Tidak ada kedaerahan dsb.hanya 1 ISLAM.

Anonymous said...

Saya setuju. Islam memang harus didahulukan, islam juga harus ditegakkan. sangat indah rasanya jika kita ini di Asia tenggara mau bersatu. tidak hanya dengan Malaysia. namun egoisme kita memang cukup tinggi. kita sebagai manusia tidak mau diatur. kita lebih cenderung untuk mengatur. oleh karena itu sebelum mengatur, kita harus menunjukkan diri menjadi yang lebih baik. itulah namanya keragaman. bisa dibayangkan kalau bersatu. tapi bagaimana mungkin...? yah semuany mungkin saja, tapi kita harus melihat realita. di Asia tenggara tidak hanya islam, begitupun di Malaysia.

Ada banyak otak dan pemikiran disana. menurut saya, paling pertama, mari kita sadar dan saling menghargai. dengan car itu maka kita bisa bersatu.