15 August 2008

Keran Air Yang Mati

Aku punya hobi mengamati keadaan sekeliling saat berada di suatu tempat, terlebih tempat yang belum biasa kukunjungi. Kamis kemarin, aku mengirim kit sains ke sebuah sekolah di wilayah Bogor (he he setua ini aku masih jadi karyawan ekspedisi, sopir dan merangkap porter). Proses administrasi berlangsung beberapa waktu, dan aku punya kesempatan cukup untuk melakukan pengamatan.

Di sekolah itu ada banyak tanaman dalam pot, dan perkiraanku itu adalah milik para siswa dan merupakan bagian dari tugas sekolah. Benar, tak berapa lama seorang anak menghampiri salah satu pot dan membawanya ke dekat wastafel outdoor untuk disirami (atau mungkin lebih tepatnya dikucuri air). Rupanya, keran tidak mengucur. Sambil menggerutu kecil (kok kerannya mati sih), si anak mengembalikan pot ke tempat semula dan berlalu. Sang tanaman batal mendapatkan air pagi itu.

Beberapa menit kemudian, seorang anak lain dengan tangan berlepotan menghampiri wastafel yang sama dan menjumpai kenyataan yang sama : keran tidak mengucurkan air. Juga sambil menggerutu kecil, si anak segera berjalan menuju sumber air lain yang jaraknya tak sampai 10 meter dari wastafel : sebuah kamar kecil. Ia mencuci tangannya di sana.

Mengapa anak pertama tak berusaha membawa potnya ke kamar kecil itu, sementara anak kedua dengan cepat membersihkan tangannya yang kotor di sana?