Pernah tidak Anda menyaksikan acara lomba mewarnai gambar tingkat anak-anak usia tk? Biasanya jumlah peserta banyak, dan biasanya mereka duduk di lantai. Kadang beralas karpet, kadang tidak. Oleh panitia arena lomba dibatasi dengan tali atau pembatas lainnya. Panitia sudah mengingatkan agar para orang tua membiarkan anak-anak bekerja sendiri. Akan tetapi seringkali terjadi para ayah dan ibu berdempet-dempet di pembatas sambil terus memperhatikan hasil kerja putera-puteri tersayang. Sesekali terdengar komentar
“Mewarnainya yang penuh...!”
“Itu matahari. kasih warna oren (maksudnya jingga) “
“Jangan salah. Langit warnanya biru”
ada lagi seorang anak yang “terlanjur” memberi warna merah pada daun. Si orang tua setengah berteriak, “Ya ampun. Daun berwarna hijau dong. kamu gimana sih?”
Betul-betul saya tidak paham apa yang berseliweran di pikiran para orang tua itu. Apa mereka berharap anak mereka menghasilkan yang terbaik sesuai versi mereka, sehingga karenanya berpeluang dapat juara? Atau para orang tua itu “sekedar” ingin agar putera-puteri mereka berlaku normal, senormal menghijaukan daun? Tidakkah mereka menyadari bahwa ada daun yang berwarna merah? Bahkan jikalau tak satupun daun di muka bumi ini yang berwarna merah, maka memerahkan daun di dunia imajinasi adalah sah!
Tanyakanlah kepada orang tua, “apakah Bapak atau Ibu menginginkan putera-puteri yang kreatif?” Maka biasanya jawaban yang muncul adalah “Ya, tentu saja”. Sayangnya yang seringkali ada ialah para orang tua – saya yakin dengan tanpa sengaja – memasang banyak perangkap untuk memenjarakan kreativitas anak-anak.