Kompas, 02 Desember 2004
"It is difficult to say what is impossible, for the dream of yesterday is the hope of today and the reality of tomorrow." (Robert H Goddard, Bapak Roket Modern, 1904)
Pernahkah Anda memergoki anak Anda tengah mengkhayal menciptakan benda ajaib semacam robot yang dapat membantunya mengerjakan semua PR, atau menciptakan tempat tidur yang tidak kelihatan dan bisa digunakan di mana saja, atau benda-benda luar biasa aneh lainnya? Kalau ya, itu berarti kabar baik.
Apabila difasilitasi dengan tepat, sangat boleh jadi anak Anda bisa menjadi penemu yang hebat. Berikut saya hendak berbagi cerita tentang beberapa orang di masa lalu yang oleh zamannya disudutkan sebagai "pemimpi" atau "pengkhayal", tetapi waktu kemudian membuktikan bahwa mereka adalah visioner yang mengagumkan
Salah satu cerita paling dramatik adalah kisah tentang Robert H Goddard (1882-1945), yang ungkapan jeniusnya saya kutip pada awal tulisan ini. Pada tahun 1919 ia melontarkan teori yang menguraikan kemungkinan meluncurkan roket ke luar angkasa dan mendaratkan manusia ke Bulan.
Menanggapi pemikirannya ini, pada 13 Januari 1920 The New York Times menurunkan editorial yang amat pedas, "Professor Goddard does not know the relation between action and reaction and the need to have something better than a vacuum against which to react. He seems to lack the basic knowledge ladled out daily in high schools".
Kritikan ini ditanggapinya dengan dua hal positif. Yang pertama, sebuah komentar ringan berikut, "Every vision is a joke until the first man accomplishes it; once realized, it becomes commonplace."
Yang kedua berupa riset tanpa lelah sepanjang 20 tahun yang menghasilkan kemajuan sangat berarti dalam bidang peluncuran roket, walaupun tetap belum dapat membuat roket meluncur ke luar angkasa.
Teori Goddard betul-betul terbukti ketika tahun 1969 Apollo 11 dapat mendarat di Bulan. Kepada Sang Profesor, roket yang telah bersemayam tenang di makamnya selama 24 tahun, The New York Times menyampaikan permohonan maaf melalui editorialnya bertanggal 17 juli 1969:
"Further investigation and experimentation have confirmed the findings of Issac Newton in the 17th century, and it is now definitely established that a rocket can function in a vacuum as well as in an atmosphere. The Times regrets the error."
Apakah permohonan maaf ini amat terlambat? Bagi seorang visioner semacam Goddard, jawabannya tentu saja tidak. Seorang visioner sering kali siap "mengorbankan" dirinya untuk ditolak oleh zamannya.
Thomas Alva Edison (1847-1931) adalah salah seorang penemu paling hebat di muka bumi ini. Ia sempat mengenyam pendidikan sekolah dengan total waktu 3 bulan, lalu dikeluarkan karena guru menganggapnya tidak dapat belajar apa-apa. Mereka berkata bahwa ia cuma seorang pemimpi. Kelak, sang pemimpi itu mencatatkan dirinya sebagai pengukir sejarah. Lebih dari 1000 hak paten dimiliki olehnya. Ini berarti paten terbanyak atas nama orang yang sama sepanjang sejarah hingga sekarang.
Sinis
"Heavier-than-air flying machines are impossible." Kalimat beraroma sinis tersebut diungkapkan oleh Lord Kelvin, Presiden Royal Society pada tahun 1895. Bagusnya, ini tidak menghentikan mimpi Wright bersaudara, Orville dan Wilbur. Pada tahun 1903, dua bersaudara yang berprofesi sebagai pembuat sepeda tersebut dapat menerbangkan "Flyer", pesawat terbang pertama yang lebih berat dari udara dan digerakkan oleh mesin.
Tiga cerita tadi sekadar contoh kecil. Ada sangat banyak pemimpi di sepanjang sejarah peradaban manusia yang telah berjasa mengantarkan kita kepada dunia yang berwarna-warni sekarang ini. Jauh ke depan hingga akhir zaman masih akan ada banyak pemimpi serupa.
Salah seorang di antaranya boleh jadi adalah seorang anak kecil yang tengah asyik bermain di ruang keluarga Anda, yakni anak Anda tersayang. Tentu saja dengan sebuah persyaratan: Anda harus "mengelolanya" dengan sabar dan tepat.
Albert Einstein berujar bahwa imajinasi lebih penting ketimbang pengetahuan. Oleh karena itu, bentuklah kehidupan kanak-kanak yang imajinatif di rumah Anda. Boleh jadi menarik apa yang dibangun oleh keluarga Wright di penghujung abad ke 19.
Orville Wright menulis perihal masa kecilnya, "Kami beruntung tumbuh di dalam lingkungan yang senantiasa mendukung anak-anak untuk berburu semua yang menarik secara intelektual, untuk menyelidiki apa saja yang menggoda rasa ingin tahu."
Lingkungan yang mendukung itu dapat berbentuk dalam wajah yang beragam. Apabila biasanya Anda membelikan cat air, cobalah sesekali membuat cat air sendiri bersama anak-anak. Anda hanya memerlukan pewarna makanan, sedikit air, dan kapur tulis yang dihaluskan. Selanjutnya coba ganti pewarna makanan dengan cairan warna yang diperoleh dari bunga.
Apabila Anda terbiasa membelikan lilin mainan (play dough) impor yang harganya mahal, cobalah sesekali membuat sendiri bersama mereka. Anda hanya perlu memasak adonan dari tepung terigu yang telah diberi pewarna, sedikit minyak dan garam. Lain waktu cobalah membuat tempelan kulkas dari gipsum yang dicetak pada cetakan es batu.
Ketimbang mainan pesawat yang sudah jadi, lebih imajinatif apabila anda membelikannya building block (balok susun). Izinkan anak-anak Anda untuk membongkar mainan mobil-mobilannya. Perbolehkan anak Anda untuk mencampur berbagai bahan untuk menciptakan "ramuan ajaib" sesuai dengan imajinasinya, sekalipun dengan resiko rumah Anda akan sedikit berantakan.
Semangati anak Anda untuk menuliskan ide-ide luar biasa mereka pada sebuah buku khusus. Dukunglah mereka dengan berbagai informasi yang berkaitan dengan ide tersebut. Siapkan pula waktu luang Anda untuk melakukan eksperimen sains bersama mereka. Di dalam eksperimen sains selalu ada ruang yang lebar untuk merawat rasa ingin tahu, untuk membesarkan inspirasi.
Suatu hari nanti ketika tempat tidur yang tidak kelihatan yang bekerja secara elektromagnetis (atau secara "apa saja") benar-benar ditemukan, semoga salah seorang anak kitalah penemunya.
Kalaupun bukan, setidaknya mereka pernah menulis ide itu. Kira-kira sama seperti Leonardo da Vinci yang membuat desain helikopter dan kapal selam jauh sebelum kedua kendaraan tersebut diciptakan. Semoga.
A Muzi Marpaung Pengasuh Klub Sains Ilma
No comments:
Post a Comment